Pemandian Air Panas Cangar – Apakah masih pantas disebut wisata kesehatan?

by - Desember 27, 2016


Minggu itu kami sekeluarga berniat untuk sejenak berwisata, karena ibu sedang tidak enak badan maka saya dan suami memutuskan untuk wisata kesehatan saja. Mau ke Pacet sudah bosan, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba ke pemandian air panas Cangar yang lokasinya cukup dekat dengan rumah.

Dari Krian kami berkendara ke arah Pacet-Mojokerto, dengan jarak sekitar 44 km kami melalui jalur berliku alternative ke kota Batu. Karena saat itu long weekend ( bagi yang cuti bersama di hari Senin, tapi tidak bagi saya ) jalur ini cukup padat dilalui berbagai kendaraan. Dan pastinya bau kampas rem menghiasi perjalanan kami pagi itu, saya sering lihat keluarga-keluarga yang berjalan disisi jalan karena mobil yang mereka tumpangi tidak kuat nanjak.

Lokasi wisata ini berada dikaki gunung Welirang tepatnya dikawasan Taman Hutan Rakyat ( TAHURA ) R.Soerjo di desa Tulungrejo kecamatan Bumiaji kota Batu. Kalau mendengar kota Batu pasti identiknya dengan  udara yang cukup dingin, begitu pula disini.



Tiket masuk untuk wisatawan lokal Rp 10.000,- per orang, anak dibawah 5 tahun gratis. Sedangkan wisatawan asing Rp 25.000,- per orang. Selain tiket masuk kita juga diwajibkan membayar Iuran Pembangunan Desa Rp 300,- per orang dan premi asuransi PT.Jasaraharja Putera sebesar Rp 200,- per orang. Karena pagi itu kami mengendarai mobil kami juga harus membayar biaya parkir Rp 5.000,- sedangkan kalau menggunakan motor parkir cukup bayar Rp 3.000,- Disini ada 2 lokasi parkir yaitu diatas dan dibawah, namun hingga saat ini saya belum mendapat informasi adanya transportasi umum yang melewati tempat wisata ini.

Memasuki area wisata kami langsung menuju ke sumber air panas, saya kira seperti di Pacet yang banyak penjual sayur, buah atau makanan namun disini berbeda. Didalam area pemandian saya lihat ada beberapa kolam air panas yang hari itu sudah dipadati pengunjung. Pria, wanita, anak-anak, sampai kakek nenek tumplek bleg jadi satu disana. Awalnya ibu masuk disalah satu kolam yang ada, katanya airnya panas banget. Tapi karena Ara minta berenang saya dan suami pisahan, abi nemenin Ara berenang di kolam renang yang ada. Disediakan 2 area kolam renang dengan biaya masuk Rp 5.000 per orang.


Saya lihat didekat kolam renang ada area khusus wanita, saya ajak ibu kesana karena saya agak risih kalau gak ada abi yang nemenin. Ternyata didalam sana juga sudah penuh, clingak clinguk saya cari dimana tempat penitipan barang? Ternyata tidak ada, jadinya barang-barang saya taruh dipinggir yang kering dan terlihat jangkauan mata. Ya Allah ternyata lumutnya buanyakk banget ( lebay yaa, tapi memang banyak sekali ) Awalnya saya jijik mau masuk, tapi saya sudah berniat mau menemani ibu ya sudah akhirnya dengan berat hati saya masuk juga.

Selesai berendam saya cari kamar ganti, ternyata di area khusus wanita hanya ada 1 dan itu ngantrinya minta ampun. Diluar saya juga lihat ada beberapa kamar ganti yang disediakan dengan membayar Rp 2.000,- per orang yang sama juga ngantrinya. Dan yang seharusnya area khusus wanita tidak sebenarnya khusus wanita, masih saya lihat banyak pria clingak clinguk entah cari istrinya atau emang sengaja mau ngintip yaa yang membuat para wanita disana gak nyaman karena banyak juga wanita yang ganti pakaian disudut-sudut yang gak betah ngantri lama, termasuk saya.

Selesai berendam abi melihat ada penjual Tape Ireng ( Ketan hitam yang difermentasi menjadi tape ) karena penasaran abi beli 1 porsi, isinya tidak hanya tape ireng plus air tape tapi didalamnya juga ada 3 potong lupis ( ketan yang dibentuk seperti lontong dan dipotong-potong juga seperti lontong ) harga 1 piring Rp 5.000,- dan kalau mau beli tape ketan ireng dalam botol bisa juga, harganya Rp 10.000,- per botol tapi kalau beli 2 botol diberi harga Rp 15.000,- Selain itu ada juga stan yang menjual makanan serta gorengan, karena waktu itu kami bawa makan sendiri ya udah gak jajan deh disana.

Sampai dirumah kami semua langsung mandi, keramas, pakai sabun dari ujung kepala sampai ujung kaki plus bilas pakai Carex. Dan pagi ini saya sama abi gatal-gatal, abi sampai harus minum incidal karena gak tahan sama gatalnya. Entah itu hanya sugesti atau memang karena kolam air panas yang kami masuki kemarin kotor dan tidak layak. Ibu juga bilang dasar lantainya licin sekali, beberapa kali beliau hampir tergelincir. Bayangkan kalau ada orang tua yang berniat menghilangkan penat dan rasa sakit disana malah jadi celaka, na'udzubillahimindzalik.

Bagi saya yang pertama kali berkunjung kesana rasanya gak ingin mengunjungi untuk kedua kali atau merekomendasikan ke teman maupun saudara. Gak layak sih menurut saya disebut wisata kesehatan, lumutnya itu lho sampai ngambang-ngambang ( jawa : mengapung ) dan karena untuk menuju ke kolam masih tanah liat jadinya ketika masuk kedalam kolam kaki pastinya kotor banget. Belum lagi banyaknya sampah makanan disekitar kolam yang membuat bau dan kotor.


Semoga pemerintah kota Batu lebih memperhatikan salah satu asset wisatanya, apalagi pengunjung juga bayar lho harusnya fasilitas yang disediakan dijaga dan dipelihara. Sampai-sampai kata Ara kok banyak rumah hantunya ya ami?? Jika sudah ada perubahan saya diinfo yaa, mungkin saya akan berpikir lagi untuk bisa kembali kesana.


You May Also Like

1 komentar