A Monster Calls : Jangan Menilai Sebuah Film Dari Judulnya

by - Oktober 17, 2016

Senangnya sudah Sabtu lagi, artinya saya bisa menghabiskan hari dengan Ara. Kebetulan hari ini abi sedang ada pekerjaan yang mewajibkan untuk lembur. Dan untuk mengisi hari, saya dan Ara menghabiskan waktu dengan jalan-jalan ke Tunjungan Plasa.

Seperti biasa, kalau ke mall kami pasti mampir ke toko buku dan Gramedia jadi tujuan pertama kami hari itu. Ara beli buku mewarnai dan sekotak crayon yang dia pilih sendiri. Karena waktu masih menunjukkan jam 13.30 dan masih 4 jam lagi menuju jam 6 sore saya menawarkan ke Ara, yuk nak kita nonton bioskop. Dan dia kegirangan banget. Nah, nyampe di Tunjungan XXI giliran saya yang bingung banget, kok gak ada film yang ratingnya anak-anak? Dan hanya ada 1 film yang ratingnya remaja dimana saya gak tau ini film alur ceritanya seperti apa, pemainnya siapa. Ya sudah, kepalang tanggung akhirnya saya pilih hari ini kami nonton film yang judulnya “ A Monster Calls “ Untungnya kok pas lagi ada promo setiap hari Sabtu pembayaran dengan kartu kredit BCA bisa beli dengan program Buy 1 get 1 free. Alhamdulillah yaa bisa hemat Rp 60.000


45 menit lagi film baru dimulai, untuk mengisi waktu Ara mewarnai buku yang tadi kami beli. Sekitar jam 14.30 studio sudah dibuka lalu kami bergegas masuk kedalam. Didalam ada yang jualan popocorn, awalnya si mbak langsung nyodorin yang paketan Rp 25.000 saya langsung tolak dan langsung aja nembak yang paket harga Rp 15.000 yang isinya Popcorn salted ukuran kecil dan ice tea / soda ukuran kecil. Gak pake nanya mau apa, si mbak langsung aja kasihnya Sprite tanpa tanya maunya apa, hadehh untung hari itu Ara gak rewel.

Awal film dimulai dengan mimpi seorang anak laki-laki yang kalau dibilang anak ya sudah besar tapi kalau dibilang dewasa ya belum juga. Namanya Conor O’Malley, diperankan oleh Lewis MacDougall yang jujur saja saya belum pernah lihat acting anak ini sebelumnya. Conor yang berusia 12 tahun ini tinggal berdua saja dengan ibunya ( diperankan oleh Felicity Jones) yang menderita penyakit yang gak disebutkan sih di film ini, tapi menurut saya sih kanker karena si ibu harus menjalani kemoterapi dan rambutnya juga rontok. Sementara sang ayah ( Toby Kebbell ) tinggal di Amerika dengan istri dan anaknya karena orangtua Connor sudah bercerai.

Di sekolah Connor sering di bully oleh 3 orang temannya sehingga rasa percaya diri anak ini semakin berkurang. Suatu malam dia mengalami semacam fantasi, tepat jam 12.07 seakan-akan ada angina besar lalu sebuah pohon Yew besar yang ada diseberang rumah Connor yang ada ditengah-tengah pemakaman tiba-tiba menjelma menjadi raksasa yang bisa bergerak dan berbicara. Connor dijanjikan akan diajak untuk mengalami 3 kisah dari si Monster Pohon ( suaranya diisi oleh Liam Neeson, dimana dalam film ini juga ternyata adalah kakek Connor ) dan 1 kisah yang harus diceritakan Connor pada si Monster pohon.

Cerita pertama terjadi saat dirumah Connor, kisah tentang seorang pangeran yang istrinya terbunuh dibawah pohon Yew karena sang ibu tiri menginginkan dia menjadi suaminya.
Suatu saat neneknya Connor  (Sigourney Weaver ) datang ke rumah dan membawakan beberapa wig untuk ibunya sambil menawarkan agar mereka pindah saja kerumahnya. Karena keadaan ibunya yang semakin memburuk dan harus dirawat dirumah sakit, Connor terpaksa harus tinggal di rumah neneknya.

Kisah kedua dimulai dirumah sang nenek, dimana saat itu Connor berada diruang keluarga. Didalam fantasinya, Si Monster Pohon mengajak Connor kedalam sebuah cerita tentang seorang ahli obat yang tidak mau mengobati anak seorang pendeta karena sang pendeta rela menukarkan kepercayaannya asalkan anak-anaknya sembuh. Dalam cerita kedua itu Si Monster Pohon mengajak Connor untuk menghancurkan rumah sang pendeta. Dan ternyata, setelah Connor sadar kenyataannya yang dia hancurkan bukanlah rumah sang pendeta melainkan seluruh perabotan diruang keluarga rumah neneknya, termasuk jam kesayangan sang nenek.

Cerita ketiga terjadi di kantin sekolah, saat itu Connor tengah makan dan dia didatangi temannya yang suka membully ( James Melville ). Dia bilang kalau dia tidak akan mengganggu Connor lagi dan akan menganggap Connor tidak ada. Jam 12.07 siang tepat saat itu dan Si Monster Pohon tiba-tiba datang dan ngomporin Connor “ Apakah kamu mau dianggap tidak terlihat?” Terbakar emosi Connor lantas mengejar temannya tadi dan langsung memukulinya sampai anak tersebut masuk rumah sakit.

Oh iya, ibunya Connor mendapatkan metode pengobatan baru yang katanya obatnya terbuat dari ekstrak pohon Yew. Wah, Connor senang banget karena dia pikir mungkin semua yang dialaminya adalah pertanda bahwa ibunya akan sembuh dari pengobatan pohon Yew. Ternyata pengobatannya tidak berhasil, penyakit ibunya semakin parah. Dengan marah Connor mendatangi pohon Yew besar tadi, dan si pohon tiba-tiba hidup dan memaksa Connor untuk menceritakan 1 keinginannya.
Tiba-tiba mimpi buruk yang selama ini dialaminya terjadi, seakan-akan sang ibu tenggelam kedalam bumi dan dia tidak bisa menggapainya. Setelah dipaksa berkali-kali Connor akhirnya mengakui bahwa keinginannya adalah semua ini segera berakhir. Karena kelelahan Connor sampai ketiduran dibawah pohon.

Sang nenek lantas menemukannya dan segera mengajaknya ke rumah sakit. Dengan tergesa-gesa sang nenek bawa mobil, sampai di perlintasan kereta api mereka akhirnya bicara. Disini saya dan mungkin banyak penonton di studio waktu itu meneteskan air mata. Nenek dan seorang anak lelaki yang sama-sama menanggung beban emosi saling curhat dan berpelukan. Saya sampai sembunyi-sembunyi nangisnya, kalau ketahuan Ara dia pasti tanya nya panjang kali lebar.

Sampai di rumah sakit mereka langsung masuk ke kamar sang ibu, ya Allah kasian banget lihat kondisinya. Badannya kurus tinggal tulang, matanya cekung, rambutnya sudah hampir habis. Ini saya nangis untuk kedua kalinya, saat Connor memeluk ibunya.

Memang sih gak diceritakan entah ibunya meninggal atau belum, tapi di alur berikutnya Connor sudah dirumah neneknya dan dia diberi kamar yang dulu ditempati ibunya. Saat Connor memasuki kamar ibunya, dia melihat diatas meja gambar ada sebuah buku sketsa. Ternyata didalamnya ada coretan-coretan sketsa yang dibuat saat ibunya masih kecil. Dan betapa kagetnya Connor, karena ternyata ibunya menggambar si Manusia Pohon yang sedang menggendong ibunya diatas bahunya.
Film ini alur ceritanya sederhana namun sarat akan makna, terutama untuk anak-anak remaja dimana saat ini banyak terjadi bullying. Anak-anak harus berani mengungkapkan apa yang mereka rasakan dn pikirkan. Yah, mungkin Ara belum mengerti jalan ceritanya namun sedikit banyak setelah menonton film ini dia paham bahwa berkata jujur adalah baik.

Selesai nonton sekitar jam 5 sore, karena masih harus menunggu jam 6 jadilah kami jalan-jalan lagi. Foto-foto di photo corner yang ada di TP 5, beli pernak-pernik Halloween dan akhirnya makan di KFC. Senang plus capek hari ini bisa menghabiskan waktu berdua hanya dengan Ara.


You May Also Like

0 komentar